Wednesday, December 9, 2009

KTI KOMUNITAS TB PARU

Seiring dengan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan utamanya keperawatan mengakibatkan permasalahan di bidang kesehatan dan keperawatan juga semakin kompleks. Di samping itu, meningkatnya pendidikan masyarakat secara keseluruhan dan meningkatnya kesadaran masyarakat tentang pelaksanaan kesehatan termasuk keperawatan juga meningkat (www.pikiran-rakyat.com ,16 Nopember 2007)
Jika dianalisa kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan dan keperawatan yang telah dicapai dewasa ini. Kepuasan untuk hidup sehat dapat menghasilkan ketenangan dan kebahagiaan yang lebih banyak kepada individu dalam hidupnya. Tetapi kenyataannya tidaklah demikian, individu dan keluarga masih diliputi oleh berbagai macam permasalahan-permasalahan kesehatan. Hal ini sudah tentu mempengaruhi aktivitas individu dalam menjalani proses kehidupannya. Pendidikan kesehatan dan perawatan merupakan salah satu usaha penting yang dapat menunjang dalam proses penyembuhan penyakit dan memberi pelayanan, khusus pada gangguan sistem pernafasan dengan penyakit tuberkulosis paru. (www.geocities.com, 18 Nopember 2007).
Penyakit Tuberculosis (TBC) merupakan penyakit yang mudah menular dimana dalam tahun-tahun terakhir memperlihatkan peningkatan dalam jumlah kasus baru maupun jumlah angka kematian yang disebabkan oleh Tuberculosis.
Tahun 1993, WHO mencanangkan kedaruratan global penyakit tuberculosis, karena di sebagian besar negara di dunia, penyakit TBC tidak terkendali. Hal ini disebabkan banyaknya penderita tuberculosis yang tidak berhasil disembuhkan. Sementara WHO melaporkan adanya 3 juta orang mati akibat Tuberculosis tiap tahun dan diperkirakan 5000 orang tiap harinya. Tiap tahun sebanyak sembilan juta penderita tuberculosis baru dan 75 persen kasus kematian dan kesakitan di masyarakat diderita oleh orang-orang pada umur produktif dari 15 sampai 54 tahun. Di negara-negara miskin kematian tuberculosis merupakan 25 persen dari seluruh kematian yang sebenarnya dapat dicegah. Daerah Asia Tenggara menanggung bagian yang terberat dari beban TBC global yakni sekitar 38 persen dari kasus tuberculosis dunia. Dengan munculnya HIV/AIDS di dunia, diperkirakan penderita tuberculosis akan meningkat
Di Indonesia hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 1995 menunjukan bahwa penyakit tuberculosis merupakan penyebab kematian nomor tiga (3) setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan pada semua kelompok umur, dan nomor satu (1) dari golongan penyakit infeksi. WHO 1999 memperkirakan setiap tahun terjadi 583.000 kasus baru dengan kematian sekitar 140.000 (www.depkes.go.id, 17 Nopember 2007).
Penyakit tuberculosis tidak hanya merupakan persoalan individu tapi sudah merupakan persoalan masyarakat. Kesakitan dan kematian akibat tuberculosis mempunyai konsekuensi yang signifikan terhadap permasalahan ekonomi baik individu, keluarga, masyarakat, perusahaan dan negara.
Untuk menanggulangi masalah tuberculosis di Indonesia, strategi DOTS (Directly Observed Treatment, Shourtcourse chemotherapy) yang direkomendasikan oleh WHO merupakan pendekatan yang paling tepat saat ini dan harus dilaksanakan secara sungguh-sungguh.
Berdasarkan data yang ditemukan di Puskesmas Bungoro tahun 2005 berjumlah 24 penderita, kemudian tahun 2006 ditemukan 18 penderita dan sejak Januari sampai Oktober 2007 ditemukan 14 penderita. Data tersebut di atas memberikan gambaran bahwa insiden penyakit ini masih cukup tinggi sehingga mereka perlu mendapatkan perhatian dan penanganan yang baik karena mengingat dan melihat prevalensi dan akibat yang ditimbulkannya cukup tinggi yang dapat mempengaruhi produktifitas penduduk sehingga dapat menghambat perkembangan bangsa. Usaha keperawatan keluarga memegang peranan penting dalam membantu proses penyembuhan, mencegah terulangnya penyakit, menghindari penularan serta mencegah komplikasi lebih lanjut.
Dari fenomena diatas maka penulis tertarik untuk menerapkan asuhan keperawatan pada keluarga Tn “AM” dengan anggota keluarga menderita tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas Bongoro

No comments:

Post a Comment